Metamorfosis capung tergolong ke dalam metamorfosis secara tidak sempurna karena tidak melalui tahapan menjadi pupa atau kepompong.
Capung merupakan hewan pemburu yang ulung dengan presentasi keberhasilan berburu hampir mendekati seratus persen.
Hewan ini memiliki kemampuan untuk dapat menyelam di air, terbang di udara baik mundur, berputar 360 derajat, berbalik 180 derajat hingga jarak terbang dapat mencapi 30 mil per jam.
Capung telah hidup dari kurang lebih sejak tiga ratus tahun yang lalu.
Serangga ini tergolong ke dalam jenis bangsa Odonata atau hewan yang mempunyai bentuk yang indah dan cantik untuk dilihat.
Capung dapat kita temui di tepi pantai hingga dataran tinggi. Hewan ini menyebar baik di sekitar rumah, sawah, taman bahkan di daerah perkotaan.
Tahapan Metamorfosis Capung
Nama lain dari capung yaitu sibar, ia menyukai lingungan yang mengandung air karena membantu proses bermetamorfosis.
Dalam proses metamorfosis capung, terdapat tiga tahapan yakni telur, nimfa dan imago. Berikut ini penjelasan tahap-tahap bagaimana capung melakukan metamorfosis.
1. Metamorfosis Capung Tahap Telur
Pada proses ini telur dihasilkan dari perkawinan capung betina dengan capung jantan. Cara perkawinan capung ini sangat unik karena dilakukan di udara.
Perkawinan ini dapat kita lihat jika kita menjumpai kedua capung terbang bersama-sama dengan berdempetan menandakan proses perkawinan sedang terjadi.
Telur akan dikandung oleh capung betina. Induk capung betina akan meletakkan telur di dedaunan pada tumbuhan yang hidup di air seperti padi, rerumputan dan enceng gondong.
Pemilihan lokasi ini dikarenakan jika telur menetas menjadi nimfa, nimfa tidak dapat hidup di sembarang tempat melainkan hanya akan hidup jika berada di daerah perairan.
Hewan ini juga dapat menjadi indikator dalam melihat kualitas air, yakni jika kita menemui perairan yang banyak nimfa dari capung berarti menjadi indikasi perairan tersebut masih baik kualitasnya atau jernih alami.
Setelah bertelur, telur yang dihasilkan dapat mencapai seratus ribu telur. Namun tingkat keberhasil menetas hanya 80%-nya saja.
Telur yang dihasilkan akan dilindingi oleh selimut berlendir yang licin. Tahap ini berlangsung kurang lebih satu minggu. Dikala musim dingin atau hujan, maka fase ini akan berlangsung lebih lama.
2. Metamorfosis Capung Tahap Nimfa
Pada tahap ini, telur yang berhasil menetas akan menjadi nimfa dengan cara keluar dari cangkang kemudian masuk ke dalam perairan yang dangkal.
Awalnya telur capung yang menetas akan menjadi larva, seiring berjalannya waktu, larva mulai berubah menjadi besar dan mulai menjadi nimfa dengan tampilan menyerupai capung dewasa.
Nimfa yang berhasil menetas ini sangat ganas atau bisa disebut predator karena memakan mikroorganisme yang ada diperairan tersebut, seperti ganggang, berudu, anak ikan dan temanya sendiri.
Nimfa mampu bernafas menggunakan insangnya yang berada di ujung perut. Ia terus berkembang hingga hampir dua belas kali pergantian kulit.
Pada tahap ini membutuhkan waktu yang lama, sekitar 4 minggu bahkan hingga 4 tahun lamanya. Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan fase ini.
Fakta menariknya, sebagian besar usia hidup capung banyak dihabiskan ketika menjadi nimfa.
3. Metamorfosis Capung Tahap Imago
Pada tahap ini nimfa akan berenang atau merayap melalui ranting daun pada tumbuhan air kemudian keluar melepaskan kulit terakhirnya yang disebut exuvia.
Pada proses ini kondisi capung tak berdaya atau lemah, sehingga rawan dari aves, pisces dan pemburu lainnya.
Awal mula pada fase ini capung sudah memiliki 2 pasang sayap, toraks, dan abdomen sama seperti capung dewasa namun masih sangat lunak. Capung sudah dapat terbaik kesana kemari.
Usia capung hanya berlangsung dua hingga empat bulan. Namun pada tahap ini capung sudah dapat melakukan perkawinan untuk berkembang biak dengan proses yang telah dijabarkan sebelumnya.
Ketika dewasa capung tidak akan menjadi hama bagi manusia, justru sebaliknya kerap dijadikan mangsa oleh predatornya seperti belalang sembah, beberapa jenis burung, bunglon, dll.
Ciri-Ciri Capung
– Memiliki dua pasang sayap dengan corak yang indah dan terlihat transparan.
– Mempunya 3 pasang kaki yang umumnya digunakan untuk hinggap di tempat tertenu, seperti daun, benda atau yang lainnya.
– Tubuhnya mempunyai corak dan warna yang bervariasi seperti kuning, hijau, biru, merah, oranye atau lainnya yang membuatnya terlihat unik sekaligus indah.
– Mempunyai kepala dengan mata yang besar terlihat mengkilap.
– Mata capung memiliki reseptor warna individual yang membuatnya bisa menangkap gambar dengan sudut yang lebih luas, melihat polarisasi cahaya, bahkan dapat mendeteksi gerakan yang cepat.
– Mempunyai ekor yang panjang dan bahkan ada spesies terlihat seperti jarum.
– Memiliki usia hidup yang tidak lama ketika menjadi capung dewasa, justru menghabiskan banyak waktunya ketika masih menjadi nimfa.
Perilaku Capung
Terdapat beberapa perlaku menarik dari capung, misalnya seperti ketika mereka sudah siap kawin untuk bereproduksi, maka, capung jantan akan memiliki kebiasaan menguasai suatu area.
Umumnya, capung jantan memiliki warna yang lebih mencolok dan cerah jika dibandingkan dengan betinanya. Namun, warna mencolok inilah yang membantu menunjukan area territorial capugn jantan.
Meskipun memiliki area masing-masing ketika sudah siap kawin, tidak jarang juga terjadi perkelahiancapung jantan untuk memperebutkan teritorial.
Jika ada betina yang masuk teritori jantan, maka jantan yang menguasai area tersebut akan mencoba untuk mengawininya dan bereproduksi.
Proses perkawinan yang dilakukannya adalah capung jantan mencekram bagian belakang dari kepala betina, lalu betina akan membengkokkan ujung perutnya ke kelamin jantan.
Setelah proses kawin, betina akan siap meletakkan telurnya dengan berbagai cara sesuai dengan jenis capungnya, dan melanjutkan siklus hidup metamorfosisnya.
Manfaat Capung
Selain sebagai serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurnya, capung juga memiliki beberapa manfaat yang diantaranya adalah:
Indikator Kebersihan Lingkungan
Capung merupakan serangga yang bisa dijadikan sebagai indikator kebersihan lingkungan atau air bersih.
Keberadaan capung sendiri bisa digunakan untuk memantau kualitas air bersih dan lingkungan di sekitar kita, karena pada dasarnya siklus hidup capung memerlukan tempat dengan air yang bersih.
Hal ini karena ketika sedang memasuki siklus hidup, bermetamorfosis dan ketika sedang berada di tahap nimfa, nimfa capung tidak akan bisa hidup di air yang sudah tercemar.
Misalnya di suatu daerah masih terdapat banyak populasi capung, hal ini menandakan kalau daerah tersebut masih memiliki banyak lingkungan dan air bersih yang memungkinkan capung berkembang biak.
Sebaliknya, jika terdapat daerah yang tidak ada capungnya atau bahkan sangat sedikit, bisa dipastikan tidak adanya lingkungan yang mendukung capung berkembang biak.
Mengurangi Populasi Nyamuk
Selain sebagai indikator kebersihan lingkungan, capung secara tidak langsung juga memiliki manfaat untuk manusia.
Salah satu manfaatnya adalah capung dapat membantu mengurangi populasi nyamuk, di mana nyamuk kerap dianggap mengganggu.
Ketika bermetamorfosis dan masih di tahap nimfa, nimfa capung bisa dikatakan menjadi predator dan tidak jarang jentik-jentik nyamuk pun disantapnya.
Jentik nyamuk yang dimakan tentunya mengurangi jumlah nyamuk yang tumbuh dan bertambah.
Di beberapa negara di Asia Timur, belum lama terungkap kalau capung efektif menjadi pembasmi nyamuk yang dapat menyebabkan penyakt demam berdarah.
Originally posted 2021-03-20 03:10:55.