10 Rekomendasi Film Kolosal Terbaik Nusantara yang Wajib Ditamatkan

Film kolosal terbaik telah merajai industri perfilman dan pertelevisian Indonesia sejak tahun 90-an. Namun popularitasnya semakin menurun seiring berkembangnya jenis dan genre film modern.

Kebanyakan kisah film kolosal terbaik diangkat dari kisah legenda maupun sejarah bangsa Indonesia.

Sepuluh tahun ke belakang para sineas tanah air kembali mengangkat tema kolosal ke layar lebar untuk menjaga kelestarian dan keragaman budaya di Nusantara.

Beberapa cerita yang diangkat ada yang berasal dari sejarah dan ada pula dari kisah cerita legenda lama.

Kamu generasi 90-an pasti tidak asing ketika film kolosal berjudul “Wiro Sableng” ditayangkan di seluruh bioskop tanah air pada Agustus 2108 lalu.

Kisah tentang pendekar Kapak Naga Geni 212 ini memang menjadi favorit anak-anak pada awal tahun 90-an.


Deretan Film Kolosal Terbaik


Nah, sebuah apresiasi baru nih bagi para sineas tanah air yang telah mengangkat kembali kisah sejarah maupun legenda ke layar lebar.

Hal ini tentu bertujuan agar para generasi millenial tetap menghargai perjuangan para pejuang tanah air yang telah melegenda menghiasi Nusantara.

Berikut ini 10 film kolosal terbaik versi rahasiabelajar.com yang wajib kamu tonton.

1. Wiro Sableng

Wiro Sableng si pemilik Kapak Naga Geni 212 ini adalah salah satu film kolosal yang paling dirindukan di dalam negeri.

Dulu di awal tahun 90-an kita selalu dapat menyaksikan serial “Wiro Sableng” di channel televisi swasta Indonesia, RCTI.

Demi membayar kerinduan banyak pihak pada sosok Wiro, Angga Dwimas Sasongko akhirnya merilis serial Wiro Sableng ke layar lebar tepat pada Agustus 2018 lalu.

Secara keseluruhan film ini bercerita tentang petualangan Wiro Sableng, Bujang Gila, dan Anggini dalam menghadapi sekelompok bandit yang dipimpin oleh Mahesa Birawa dan Kalingundil.

Sama dengan versi serialnya, film ini juga diadaptasi dari novel berseri karya Bastian Tito.

Nama sang novelis ini tentunya sudah tidak asing di telinga kamu dong? Yup, betul beliau adalah Ayah dari aktor papan atas Indonesia, Vino G Bastian.

Tidak diragukan lagi kemampuannya dalam bidang akting, Vino ditunjuk langsung oleh sang Ayah untuk memerankan karakter Wiro Sableng pada film ini.

Wah kebayang dong ya bagaimana serunya film ini jika Wiro-nya seganteng Vino. Hhehehe!

2. Sultan Agung

Tahta, Perjuangan, dan Cinta, itulah slogan yang terdapat di film bersejarah garapan sutradara kondang Hanung Bramantyo ini.

Sesuai dengan slogannya film ini mengisahkan sepak terjang Sultan Agung untuk menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang telah tercerai berai oleh politik VOC di bawah perjanjian Mataram.

Film ini dibintangi oleh Ario Bayu, Adinia Wirasti, Putri Marino, Christine Hakim, Marthino Lio, Lukman Sardi, dan sederetan aktor dan aktris ternama Indonesia lainnya.

Sang produser Mooryati mengatakan bahwa film ini dipersembahkan kepada bangsa dan negara untuk menghidupkan kembali semangat persatuan dan kesatuan.

Menggugah rasa nasionalisme kaum muda, film “Sultan Agung” diputar di The George Washington DC (GWU) Washington, Amerika Serikat pada bulan Desember 2018.

Pemutaran film dilakukan di Harry Harding Auditorium, Elliot School of International Affairs, GWU oleh Persatuan Mahasiswa Indonesia di Washington DC (Pernias DC).

Sekitar 100 orang dari kalangan akademisi dan umum ikut menyaksikan pemutaran film tersebut.

3. Maipa Deapati dan Datu’ Museng

Sebuah kisah cinta yang melegenda di tanah Mangkasara (Makassar) yang tragisnya melebihi kisah cinta Romeo kepada Juliet, “Maipa Deapati dan Datu’ Museng”.

Datu’ Museng (Shaheer Sheikh) adalah seorang lelaki yang cakap gagah pemberani kelahiran Makassar.

Ia diminta pulang ke kampung halamannya untuk merebut kembali tanah Makassar yang telah jatuh ke tangan VOC, Belanda.

Datu’ Museng yang telah menikahi Maipa Deapati (putri cantik dari Kerajaan Sumbawa) merasa tergugah.

Ia mengajak serta istrinya pulang ke kampung halaman untuk memimpin perang. Maipa percaya jika perang tak akan bisa memisahkan cintanya pada Datu’ Museng.

Kedatangan Datu’ Museng di tanah Makassar sampai di telinga salah satu pimpinan VOC, Tomalompoa (Hans de Kraker).

Tomalompoa yang terpikat pada kecantikan Maipa bertekad untuk menghabisi Datu’ Museng. Kala perang terjadi, pasukan Datu’ Museng berada dalam kondisi terdesak.

Maipa kemudian meminta Datu’ Museng untuk membunuh dirinya, karena Maipa Deapati tak ingin dirinya jatuh ke tangan Belanda.

4. Kartini

Tentu cerita tentang pejuang hak dan emansipasi wanita ini sudah bukan cerita baru bagi kita.

Kamu pasti pernah mendengarkan cerita tentang Ibu Kartini ini saat belajar Sejarah dulu di sekolah.

Yup, film garapan sutradara kondang Hanung Bramantyo ini merupakan sebuah biografi perjuangan emansipasi wanita Indonesia, “Kartini”.

Dibintangi oleh aktris papan atas Dian Sastrowardoyo, film ini berhasil menguras air mata dan mendapatkan banyak pujian dari kalangan pendidik.

Jika ditengok ke belakang kisah tentang Ibu Kartini sudah ketiga kalinya diangkat ke layar lebar setelah “R.A. Kartini (1984)” dan “Surat Cinta Untuk Kartini (2016)”.

Ciri khas Hanung yang memang ahli dalam membuat sinema biografi, ia tak hanya menampilkan kisah yang sudah tercatat oleh sejarah namun juga mengungkapkan hal-hal yang selama ini jarang diketahui khalayak umum.

Hanung menyelipkan sisi kontroversial dari Kartini yang kini menjadi sosok legendaris di Indonesia.

Sang sutradara berusaha semaksimal mungkin menampilkan dengan gamblang kegalauan dan pergumulan emosi yang dirasakan oleh Kartini.

Well, sebuah apresiasi yang luar biasa untuk para pejuang tanda jasa kita. Gimana kalian sudah menonton film Kartini belum? Pastinya sudah dong ya…

5. Pendekar Tongkat Emas

Film yang dirilis tahun 2014 silam ini dipenuhi oleh sederetan aktor dan aktris populer tanah air.

Beberapa diantaranya ada Christine Hakim, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, Slamet Rahardjo, Eva Celia, dan Tara Basro.

Disutradari oleh Ifa Ifansyah, film ini mengangkat tema persilatan yang diisi oleh kisah pengkhianatan, kesetiaan, dan ambisi.

Cempaka (Christine Hakim) adalah seorang Pendekar Tongkat Emas yang termasyhur di dunia persilatan.

Ia ingin mewariskan jurus tongkat emas kepada salah satu anak dari keempat anak didiknya, Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tara Basro), Dara (Eva Celia), dan Angin (Aria Kusumah).

Keempat anak didiknya ini sebenarnya adalah anak-anak dari musuh yang dulu pernah ditaklukkan Cempaka.

Setelah mempelajari tabiat dan sikap dari sikap keempat muridnya, Cempaka berniat untuk mewariskan jurus dan tongkat emasnya kepada Dara.

Perpecahan terjadi, Biru dan Gerhana yang merasa lebih berhak terhadap tongkat emas tersebut merasa cemburu dan berniat untuk membunuh guru dan adiknya sendiri.

6. Soe Hok Gie

Film kolosal tidak selalu bercerita tentang kisah perperangan, “Seo Hok Gie (2005)” merupakan sebuah film biografi garapan sutradara Riri Riza.

Mengisahkan seorang tokoh utama bernama Seo Hok Gie, mahasiswa Fakultas Sastra, Universitas Indonesia yang dikenal sebagai aktivis dan pecinta alam.

Kisah ini diangkat dari sebuah buku berjudul “Catatan Seorang Demonstran (1942-1969)” tentang tokoh pergerakan mahasiswa yang memiliki pemikiran yang berbeda pada situasi politik kala itu.

Gie adalah intelektual muda yang kritis terhadap sistem pemerintahan dan menuangkan pemikirannya melalui sebuah tulisan.

Tulisannya yang menuai kontroversi ditentang oleh banyak pihak. Hingga kini kematian Gie dalam usia yang sangat muda masih menjadi misteri.

7. Gending Sriwijaya

“Gending Sriwijaya (2013)” adalah cerita tentang perebutan kekuasaan pada abad ke-16. Satu lagi film kolosal yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Hanung bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam menggarap film ini.

Pasalnya film yang terinspirasi dari lagu dan tarian tradisional kebudayaan Palembang ini akan mengangkat kisah nusantara setelah keruntuhan kerajaan Sriwijaya di Palembang. Kamu sudah nonton filmnya belum?

8. Bumi Manusia

Nama Hanung Bramantyo seolah tak bisa lepas dari film bertemakan sejarah dengan nuansa kolosal. Di tahun 2019 suami Zaskya Adya Mecca ini kembali menghadirkan kisah emas dari novelis legendaris, berjudul “Bumi Manusia”.

Karya tertralogi Pramoedya Ananta Toer ini kembali booming di tengah-tengah kalangan muda sehingga novelnya kembali dicetak ulang.

Menceritakan tentang kisah dua anak manusia, Minke dan Annelies yang saling jatuh cinta namun berasal dari latar kehidupan dan budaya yang berbeda.

Kisah dengan latar awal abad ke-20 ini merupakan masa-masa dimana Indonesia masih dikuasai oleh para kolonial. Masa dimana Minke dan Annelies terlibat dalam kisah cinta yang rumit karena banyak pertentangan.

Bagi para penggemar Pram, pasti tidak melewatkan film kolosal terbaik yang satu ini dong.

Dalam film ini kamu juga dapat menyaksikan kemampuan akting Iqbaal Ramadhan dalam memerankan sosok Minke seorang pangeran yang penuh dengan karisma.

9. Soekarno

Masih merupakan karya sang sutradara kondang, Hanung Bramantyo sepertinya sangat mencintai sejarah sehingga sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam menggarap film kolosal terbaik.

Kali ini Hanung mengangkat biografi Bapak Proklamator Indonesia, Bung Karno. Tak hanya sebagai film kolosal terbaik, Hanung berhasil membawa film ini menjadi salah satu film biografi terbaik.

Film yang diberi judul ‘Soekarno” ini menghadirkan sisi lain dari Bung Karno yang tidak banyak diketahui publik.

Dalam film ini kita bisa melihat secara langsung pemikiran, pengorbanan Bung Karno yang mungkin selama ini hanya kita baca lewat ulasan sejarah.

Kisah hidup Soekarno mulai dari berganti nama hingga membacakan teks proklamasi di hadapan rakyat Indonesia dikupas tuntas disini.

Diperankan oleh Ario Bayu, Soekarno terlahir dengan nama Kusno. Namun karena sering mengalami sakit, namanya diganti oleh sang Ayah menjadi Soekarno.

Karena menurut kepercayaan masyarakat, jika seorang anak sering sakit tanpa diketahui penyebabnya bisa jadi nama yang diberikan tidak cocok, alias terlalu berat.

Nama Soekarno sendiri diambil dari nama tokoh ksatria perwayangan Adipati karno. Ksatria yang gagah berani dan dapat dihandalkan.

Sebagai seseorang yang berpengaruh besar di negeri ini, film ini sudah selayaknya kita saksikan. Sejarah tak boleh kita lupakan meskipun perjuangan melawan penjajah sudah usai.

Terlebih bagi kamu yang mengaku mengagumi sosok Presiden pertama Republik Indonesia ini. dibalik buku-buku biografi Bung Karno yang sudah kamu baca, mungkin ada cerita tentang orang nomor 1 tersebut yang terlewatkan.

10. Buffalo Boys

Sebuah kisah tentang menuntaskan balas dendam yang belum usai dari dua bersaudara Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso).

Hidup pada masa Nusantara masih dikuasai oleh kolonial Belanda pada tahun 1860. Kala itu siapa yang menolak negosiasi damai yang dipaksakan oleh Belanda dengan sultan pemberontak terakhir, maka ia akan dibunuh.

Sultan Hamza, adiknya Arana (Tio Pakusadewo), dan kedua anaknya yang tak lain adalah Jamar dan Suwo kecil berhasil melarikan diri.

Namun nasib naas tak bisa dihindari, dalam pelarian mereka diserang secara mendadak sehingga Sultan Hamza terbunuh di tangan Kapten Van Trach.

Arana berhasil menyelamatkan diri dan membawa pergi jauh kedua keponakannya ke ‘wild west’ Amerika. Disana mereka belajar banyak hal mulai dari bekerja dengan imigran Cina hingga menjadi koboi.

Semua baik-baik saja sampai suatu hari terjadi peristiwa yang hampir merengut nyawa Arana.

Saat itulah mereka memutuskan sudah saatnya kembali ke tanah air untuk menuntaskan dendam yang sejak kecil membara di hati mereka.

Van Trach kini sudah menjadi Gubernur yang kejam dan menyiksa masyarakat pribumi. Perjuangan Jamar dan Suwo tak hanya tentang dendam namun juga berdampak dalam menghapuskan penjajahan di Nusantara.


Jika kamu sudah menamatkan sekuel “Captain America” maupun “Transformer”, jangan lupa juga untuk menamatkan kesepuluh film kolosal terbaik dalam negeri di atas.

Jika bukan kita para generasi muda, siapa lagi yang akan mencintai dan melestarikan ragam budaya di Nusantara tercinta ini.

Baca Juga: Film Jurnalis Terbaik

Originally posted 2021-01-13 15:00:33.

Leave a Reply

Your email address will not be published.